قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
(صحيح البخاري)Sabda Rasulullah saw :
“dua kenikmatan yg sering dilupakan banyak orang, kesehatan dan kelowongan waktu” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang sama – sama kita muliakan Guru kita yang kita cintai fadhilatul sayyid ad da’i ilallah Al Habib Hud bin Muhammad Bagir Al Athas matta’Anallahu bihi, para ulama, para kyai, dan para tokoh masyarakat yang hadir, para sesepuh.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Limpahan puji kehadirat Allah, Maha Raja Tunggal dan Maha Abadi, Yang Maha Melimpahkan Rahmat dengan Kemuliaan-Nya sepanjang waktu dan zaman. Yang di malam mulia ini, di malam 25 Ramadhan, yang padanya terdapat sedemikian banyak hujan cahaya Rahmat Illahi, menghujani umat Nabi Muhammad Saw dengan tawaran – tawaran Illahi yang disampaikan kepada utusan Allah yang paling suci, Sayyidina Muhammad Saw.
“Taharraw lailatalqadri fil witri min al’asyril awakhiri min ramadhan”. Demikian riwayat Shahihain Bukhari dan Muslim. “Temuilah kemuliaan malam lailatulqadr di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, di malam ganjil”. Dan hadits lainnya “temuilah kemuliaan lailatulqadr di 7 malam terakhir, di malam ganjil di bulan Ramadhan”. Semoga malam ini, malam kemuliaan bagiku dan kalian dilimpahi cahaya kemuliaan lailatulqadr dan segala Anugerah-Nya. Di malam 25 Ramadhan, kita berkumpul di dalam cahaya Anugerah Ilahi, terang – benderang menghujani para tamu-Nya yang berdatangan ke Baitullah, berdatangan ke istana Keridhoan Allah ini dan tiadalah 1 orang tamu yang akan dikecewakan oleh Sang Maha Dermawan terkecuali semua tamu disambut dengan Anugerah Luhur, disambut dengan semulia – mulia Anugerah. Anugerah yang tidak bisa diberikan pada makhluk satu sama lainnya, Anugerah yang hanya dimiliki Allah berupa Anugerah yang kekal dan abadi, Kasih Sayang Allah ditumpah-ruahkan, dihujankan dan dihamparkan kepada para tamu – tamu Allah. Mereka yang berkumpul di dalam dzikir, berkumpul di dalam taklim, dan kemuliaan shalawat dan dzikir dzikir Nabawiy, semoga aku dan kalian selalu di dalam Kasih Sayang Rahmat Allah yang abadi dhahiran wa bathinan, dunia dan akhirat.
Hadirin – hadirat, Sang Nabi Saw bersabda “matsalulladzii yadzkurullah walladzii laa yadzkurullah matsalul-hayyi wal-mayyiti”, demikian diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari. “Perumpamaan orang – orang yang bedzikir mengingat Allah dengan orang yang tidak pernah mengingat Allah, bagaikan perumpamaan yang hidup dan yang mati”. Jiwanya padam dari Keluhuran Ilahi, ia makan dan minum melewati hari – harinya dan lepas dari Anugerah yang abadi. Di hadapan manusia, ia hidup, berbicara dan berbuat. Namun di hadapan Allah, tiada bedanya dengan yang mati, karena ia tidak mau mengingat Allah.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Beruntunglah kita yang hadir di majelis agung ini, semoga selalu dalam kemuliaan dzikir sepanjang hidup kita. Dalam pekerjaan, dalam aktifitas, dalam rumah tangga, dalam siang dan malam, semoga jiwa kita selalu diingatkan Allah dan digetarkan Allah pada Cahaya Kemuliaan Nama-Nya.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu di malam – malam terakhir ini khususnya, perbanyaklah dzikir dengan menyempurnakan shalat fardhu kita semampunya, dengan memperbanyak dan menambah khusyu’nya semampunya, menyempurnakan shalat tarawih semampunya, memperbanyak bacaan Alqur’an semampunya, meninggalkan segala dosa semampunya, melaksanakan hal – hal yang mulia semampunya. Sungguh teriwayatkan di dalam Shahih Muslim, ketika turunnya firman Allah Swt “Lillahi maa fissamaawaati wamaa fil ardh, wa in-tubduu maa fii anfusikum awtukhfuuhu yuhaasibkum bihillah, fayaghfiru liman yasyaa’ wa yu’addzibu man yasyaa, wallahu ‘alaa kulli syaiin qadiir”
Milik Allah seluruh langit dan bumi. Dan Allah Swt mengetahui semua apa yang tersembunyi dan semua yang terlihat. Semua perbuatan kita yang terlihat oleh makhluk atau perbuatan kita yang disembunyikan berupa dosa dan pahala, Allah Maha Melihatnya dan tiada yang tersembunyi bagi Allah. Maka Allah akan menghisab kalian, QS. Al Baqarah : 284). Demikian firman Allah Swt dan Mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan akan menurunkan siksa bagi yang dikehendaki-Nya.
Ketika ayat ini turun, berdatangan para sahabat kehadapan Sang Nabi Saw, mereka berlutut dan menangis di hadapan Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, Allah sudah perintahkan shalat, puasa, zakat dan apa semampu kami, namun sekarang datang firman Allah, kami akan dihisab, bagaimana ini sungguh sangat berat?”, maka Nabi Saw bersabda sebagaimana riwayat Shahih Muslim “apakah kalian akan berkata sebagaimana orang – orang yahudi yang ketika diperintah mereka berkata “sami’na wa ashaynaa faquuluu sami’na wa atha’naa”.
Kalian ini jangan seperti orang yahudi, kata Rasul saw. Kenapa? Orang yahudi ketika diperintah Allah, ia berkata “kami dengar tapi kami tidak mau taat, katakan kami dengar dan kami taat”. Maka para sahabat menunduk, menghentikan tangisnya seraya berkata “sami’na wa atha’naa” kami dengar dan kami taat.
Demikian indahnya iman para sahabat radhiyallahu anhum. Dalam keadaan sunyi senyap, ketika para sahabat mengalah dan menerima apapun yang sangat berat yang mereka keluhkan pada Sang Nabi Saw, maka turunlah ayat “aamanarrasuulu bimaa unzila ilaihi min rabbihii wal mu’minuna kullu aamana billahi wa malaikatihii wa kutubihii wa rasulihii laa nufarriqu baina ahadin min rusulihii wa qaluu sami’na wa athanaa ghufranaka rabbana wa ilaikal mashir, laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa ‘alaihaa maaktasabat..” sampai akhir ayat. Demikian indahnya Allah Swt.
Setelah mereka mengadu pada Sang Nabi saw, mereka tidak mampu jika harus melewati hisab setelah mereka berjuang dengan apa – apa yang mereka mampu. Lalu bagaimana dengan hisab dari apa – apa yang mereka tidak mampu? Allah menjawab “Allah tidak memaksa lebih dari kemampuan kalian”, mereka berkata “sami’na wa athanaa ghufranaka rabbana wa ilaikal mashir” kami dengar dan kami taat, pengampunan-Mu dan kepada-Mu kami akan kembali dan Allah tidak memaksa seseorang lebih dari kemampuannya. Demikian indahnya Allah.
Sekedar kemampuanmu, berbuatlah dan Allah tidak akan menghisab dengan yang lebih dari itu. Allah akan menghisab jika kita mampu tapi kita tidak melakukannya, itu yang akan dihisab oleh Allah Swt.
Bagaimana dengan hal – hal yang kita mampu dan kita masih melakukannya? Allah masih mengajarkan doa “rabbana laa tu-akhidznaa in-nasiinaa aw-akhthanaa” Wahai Allah ampuni kami, jika kami salah dan kami lupa. Allah yang ajarkan. Kalau bahasa logika kita, enak sekali sudah berbuat salah lalu minta pengampunan dosa? Allah yang ajari untuk memberi pengampunan-Nya kepada semua pendosa.
Mintalah kepada-Ku, “rabbana walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahu ‘alalladziina min qablinaa” jangan bebani kami seperti umat – umat yang terdahulu beban yang berat, beri kami beban yang lebih ringan.
Memangnya boleh seperti itu? minta beban yang lebih ringan?. (sungguh telah) Diajari oleh Allah, agar kau mendapat beban hidup yang lebih ringan. Minta kepada Allah, “Rabbiy di zaman para sahabat bebannya berat sekali, aku tidak mampu berbuat seperti mereka”. Allah sudah ajari agar jangan dibebani umat seperti beban yang berat tapi beri kemuliaannya.
“Walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bihi” jangan bebani kami dari apa – apa yang kami tidak mampu.“Wa’fu ‘annaa waghfirlanaa warhamnaa anta mawlaanaa fanshurnaa ‘alal qaumilkafiriin” kasih sayangilah kami, maafkanlah kami, dan tolonglah kami dari orang – orang non muslim yang memusuhi kami.
Tolong agar mereka diberi hidayah, tolong agar mereka yang memusuhi diberi hidayah dan jika mereka memerangi, tolong diberi pertolongan agar kita menang. Demikian indahnya doa yang diajarkan oleh Allah Swt kepadaku dan kalian dan seluruh umat ini.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Rasul Saw bersabda “wallahi inniy la-astaghfirullah wa atubuilaihi fil yaumi aktsara min sab’ina marrah”.
Demikian riwayat Imam Bukhari didalam musnidnya. “Demi Allah, bahwa aku ini bertaubat dan beristighfar kepada Allah setiap hari lebih dari 70X”. Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari mensyarahkan makna hadits ini dengan syarah yang panjang, namun ringkasnya adalah Rasul Saw adalah orang yang paling mulia dan ma’shum. Bagaimana beliau bertaubat dan beristighfar atas apa? karena tidak ada dosanya. Maka dua pendapat yang paling kuat dikatakan oleh Al Imam Ibn Hajar, yang pertama adalah Rasul Saw beristighfar dari kemuliaan – kemuliaan yang lewat dari hari – harinya yang belum sempat beliau laksanakan.
Pendapat yang kedua adalah beliau beristighfar untuk seluruh umatnya, karena Rasul saw kalau berdoa tidak pernah untuk dirinya tapi selalu menyertakan umatnya. Beliau beristighfar dan bertaubat untuk umatnya pula, karena didalam riwayat yang tsigah didatangkan kepadaku amal – amal pahala kalian umatku setelah aku wafat dan apabila amal kalian baik, aku memuji Allah dan bila amal kalian buruk, aku beristighfar untuk kalian.
Inilah Sayyidina Nabi Muhammad Saw yang sudah diperintahkan Allah Swt, “fa’lam annnahu Laa ilaaha illallah, wastaghfir lizanbika walil mukminina wal mukminat” Allah sudah perintahkan kepada Nabi saw untuk beristighfar kepada mukminin dan mukminat, maka Rasul saw beristighfar lebih dari 70X dan bertaubat setiap harinya. Kalau yang tidak pernah berdosa saja seperti ini, bagaimana aku dan kalian?.
Hadirin – hadirat, taubat itu tidak sesulit yang kita bayangkan. Taubat itu adalah menyesali dosa kita dan berniat ingin meninggalkan apa yang telah kita perbuat dari dosa. Jika nanti berbuat lagi jangan difikirkan, itu adalah hari esokmu. Yang penting adalah dosamu yang lalu dan saat ini.
Bagaimana niatnya? Bila kau berniat “Rabbiy..Rabbiy.. (tuhanku.. tuhanku..) aku ini ingin meninggalkan dosa – dosaku dengan kesungguhan”, dan niat itu adalah taubat. Itu kemuliaan taubat tumpah padamu dan cinta-Nya Allah sangat memanjakan mereka – mereka yang bertaubat.
Hadirin – hadirat, semoga aku dan kalian di malam hari ini, di detik agung ini, di malam mulia ini, di majelis mulia ini, semua diterangi dengan cahaya kemuliaan taubat. Kita menyesal dan tidak senang dengan semua dosa yang pernah kita lakukan, semoga Allah beri kekuatan di hari esok untuk memberikan kekuatan bagi kita meninggalkan dosa – dosa kita.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sebagian di hatinya berkata “aku ini terjebak dosa karena urusan – urusan nafkah” atau urusan lainnya, maka minta kepada Allah kemudahannya agar kau bisa lepas dari dosa itu. Kalau masalah nafkahnya membawa dosa, minta kepada Allah, berikan jalan padaku yang mudah agar mendapatkan nafkah yang lebih baik, atau dalam pekerjaan atau dalam rumah tangganya atau lainnya, adukan kepada Allah, “Rabbiy aku berbuat seperti ini bukan karena kemauanku tapi terjebak, maka tolonglah dengan kemudahan.
Hadirin – hadirat, Yang Maha Mendengar, mendengar semua getaran jiwamu siang dan malam.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, bagaimana indahnya Allah Swt berbuat kepada hamba – hamba yang dicintai-Nya. Semoga aku dan kalian dicintai Allah siang dan malam dan merindukan Allah, sebagaimana sabda Nabi saw “man ahabba liqa'iy ahbabtu liqa'ah” barangsiapa rindu jumpa dengan-Ku maka Aku pun rindu jumpa dengannya. (Shahih Bukhari), Sebagian orang berfikir kalau rindu jumpa dengan Allah, dirindukan Allah, cepat wafat dong??,
justru tidak, karena Allah Swt Maha Mampu Memanjangkan Usianya didalam kerinduannya kepada Allah agar semakin dahsyat rindunya, agar semakin dilimpahi kebahagiaan di dunianya, agar ia tahu bagaimana Allah memuliakan hamba – hamba yang rindu pada-Nya di dunia dan akhirat, karena Allah-lah Sang Pemilik dunia dan akhirat.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Kalau menyambung silaturahmi saja bisa meluaskan rezki kita, sebagaimana sabda Sang Nabi Saw riwayat Shahih Bukhari, Rasul saw bersabda “barangsiapa yang ingin diluaskan rezkinya maka ia menyambung silaturahminya”. Bagaimana orang yang menyambung silaturahmi cinta dengan Allah. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, maka Allah akan luaskan rezkinya dhahiran wa bathinan, dunia wal akhirah. Semoga aku dan kalian di dalam kelompok orang yang rindu dan cinta kepada Allah Swt.
Hadirin – hadirat, diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika Rasul saw berjalan bersama para sahabatnya (dalam riwayat yang tsigah) maka lewatlah merangkak seorang bocah kecil menyeberangi jalan maka dalam salah satu riwayat Rasul saw mengambilnya, dalam riwayat lain Sayyidina Umar yang mengambilnya, “apakah bayi ini punya ibu?” maka tak lama keluarlah ibunya dari sebuah kemah dan berkata “ibni..ibni”, (anakku.. anakku..) mengambil anak itu, memeluknya dan menyusuinya. Maka para sahabat menangis melihatnya, Rasul saw bertanya “kenapa kalian menangis?, apa yang membuat kalian menangis?”, para sahabat berkata “kelembutan ibu itu kepada anaknya, kami terharu dan menangis wahai Rasul, betapa cintanya ibu itu kepada anaknya”. Rasul saw bersabda “Inallah arham bi’ibaadihi min hadzihi liwaladihaa” Allah lebih cinta dan sayang kepada hamba-Nya daripada anak ini kepada ibunya, lalu Rasul Saw bertanya apakah mungkin ibu ini melemparkan bayinya ke api?, (para sahabat menjawab) mustahil wahai Rasullulah…!”,. Demikian pula Allah Swt kepada hamba – hambaNya yang dicintai-Nya, akan selalu dibela oleh Allah Swt.
Diriwayatkan di dalam Musnad Imam Ahmad bahwa ketika kejadian seperti ini seorang wanita melihat Rasul saw, ia sedang membenahi kayu dan bara api yang menyala, lalu ia mengangkat bayinya “wahai Rasul aku sungguh tidak akan mungkin melemparkan bayiku ke dalam api, apakah Allah akan melemparkan hamba – hambaNya yang cinta kepada-Nya ke dalam api?”, maka Rasul Saw menutup wajahnya, menunduk dan menangis, seraya berkata : “demi Allah, sungguh Allah tidak akan memberi siksaan dan kehinaan kepada mereka yang mengucap tiada Tuhan selain Allah”. Semakin sempurna kalimat ini di sakaratul maut kita, semakin lepas kita dari siksanya Allah Swt. Sebagaimana sabda Sang Nabi saw riwayat Shahih Bukhari “man qaala lailahailallah khaalishan min qalbihi haramahullahu alannaar” barangsiapa yang mengucap lailahailallah dari dasar hatinya dan ia wafat maka Allah haramkan ia dari api neraka. (Shahih Bukhari)
Hadirin – hadirat, semoga aku dan kalian dalam cahaya keagungan lailahailallah…
Diriwayatkan didalam riwayat yang tsigah (tsiqah : kuat), ketika seorang yang cinta kepada Allah di masa hidupnya tapi ia sudah terlanjur banyak berbuat dhalim kepada orang lain maka ketika didalam sidang akbar ia dihadapkan ke hadapan Allah Swt dan ditimbang amalnya, sebagaimana hadits yang telah saya sampaikan beberapa waktu yang lalu bahwa disana itu pertimbangan amal, bukan pertimbangan harta dan dinar dan dirham, jadi alat tukarnya pahala dan dosa. Orang yang pernah berbuat dosa dan belum sempat meminta maaf akan diambil pahalanya oleh orang yang pernah ia dhalimi. Kalau pahalanya sudah habis untuk membayar hutang – hutang dosanya pada makhluk, maka masih tersisa hutang – hutang dosa, diambil dosa orang itu ditangguhkan padanya sebesar dosanya. (Shahih Bukhari)
Ketika seorang hamba yang mencintai Allah, berdiri di sidang akbar, ia banyak berbuat dhalim kepada orang dan belum sempat meminta maaf dan memohon ridho, namun Allah tidak membiarkan hamba yang mencintai-Nya ini masuk ke dalam neraka, Allah membelanya. “Hamba-Ku apa yang kau dapat dari mizan (timbangan), bagaimana timbangan amalmu?”, “habis Rabbiy, masih tersisa dosa – dosa orang ini yang ditumpahkan padaku, aku harus masuk neraka untuk menebusnya”. Allah bertanya kepada sang penuntut “engkau pernah didhalimi oleh orang yang cinta kepada-Ku ini?”, “betul wahai Allah”, “kenapa engkau tidak memaafkannya?”, “wahai Allah, kalau aku memaafkannya, aku pasti masuk neraka, karena aku pun mempunyai tunggakan dosa yang banyak. Tidak kumaafkan pun aku masih harus masuk neraka, apalagi kalau aku memaafkannya, makin lama aku di neraka”, maka Allah berkata “lihat ke atas”, lalu ia pun melihat ke atasnya, ia lihat istana cahaya yang megah dan mewah. Bergetar ia melihat istana itu dan berkata “Rabbiy, untuk siapa istana itu?”, Allah berkata “untukmu, kalau kau mau memaafkan hamba-Ku yang Ku-cintai”, Allah tidak mau hamba yang merindukan dan mencintai-Nya menyentuh neraka, Allah tebus dosanya, mudah bagi Allah memberikan surga kepada orang itu. “Ini untukmu kalau kau mau memaafkan hamba-Ku yang Ku-cintai”, “kumaafkan wahai Allah, kumaafkan, aku bebas dari neraka, Alhamdulillah aku mendapat surga yang demikian megahnya”. Maka Allah persilahkan hamba-Nya yang dicintai-Nya masuk ke dalam surga. Semoga Allah Swt menjadikanku dan kalian hamba yang dicintai-Nya dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ya Rahman Ya Rahim.
Hadirin – hadirat, Idul Fitri telah dekat di hadapan kita. Tinggal kurang lebih 4 malam lagi ramadhan, sekitar 4 malam lagi, setelah itu selesai. Bagaimana dengan ramadhan kita yang lalu? Maafkan semua orang – orang yang pernah berbuat salah padamu, jangan jadikan jiwa kita mendendam, karena apa? karena dengan memaafkan dosa orang lain kepada kita, Allah akan pemaaf kepada kita. Jangan maafkan orang itu yang berbuat jahat padamu karena dia. Tapi maafkan karena Allah…., Aku memaafkannya bukan karena dia, tapi karena Allah, aku punya dosa kepada Allah dan punya salah kepada Allah, kalau aku tidak maafkan orang ini, bagaimana? aku malu minta maaf kepada Allah atas dosaku. Tapi sebaliknya, kalau kau melupakan orang yang pernah berbuat jahat padamu, tanpa menunggu ia meminta maaf, kau sudah maafkan atas nama Allah Swt dan dimaafkan. Allah Swt akan malu tidak memaafkan.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika seorang yang selalu menghutangi orang lain, ia menghutangi harta, dihutangi oleh orang lain. Ia berkata kepada pembantunya “kalau orang yang susah, biar.., biar saja.., jangan ditagih hutangnya”. Di saat hari kiamat, dia ditagih oleh dosa – dosanya, maka Allah berkata “biarkan dia, biarkan, maafkan ia”. Di masa hidupnya ia pemaaf, maka di hari kiamat Allah malu untuk tidak memaafkannya.
Semoga Allah menerangi jiwaku dan jiwa kalian dengan sifat pemaaf. Orang yang dibenci, di fitnah dan di musuhi itu (misalnya aku, misalnya engkau) kita tidak mendendam, kita makin mulia di sisi Allah, dia makin hina disisi Allah. Kita dapat pahala tanpa beramal sudah ada tumpukan pahala karena memaafkan kesalahan orang pada kita. Orang jahat pada kita, dhalim pada kita, kita maafkan, kita makin diangkat oleh Allah dan dilimpahi keberkahan, dia makin hina disisi Allah. Maka apa ruginya kita memaafkan orang lain?, jika dengan itu kita mendapatkan anugerah dari kebahagiaan dunia dan akhirat.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, semoga Allah membersihkan jiwa kita dari sifat dendam dan sifat musuh kepada orang lain, terutama saudara – saudari kita muslimin – muslimat.
Sampailah kita kepada hadits mulia yang kita baca bersama – sama tadi. “Ni’mataani maghbubun fihima katsirun minannaas, ashshihatan walfaraaghu” Dua hal kenikmatan yang sering dilupakan oleh orang, kesehatan dan kekosongan waktu. Kesehatan sering dilupakan oleh orang, demikian pula kekosongan waktu. Ini dua kenikmatan besar dari Allah untuk kita mendapatkan kemuliaan, kebahagiaan, kesuksesan, kesejahteraan. Ini anugerah waktu diberi oleh Allah, kesehatan dan kekosongan waktu. Dipakai apa kekosongan waktu kita dan kesehatan kita?. Kalau sudah sakit, hadirin – hadirat sungguh kenikmatannya sehat baru terasa. Barangkali kalian juga sering merasakan sakit.
Saya pernah enam bulan di kursi roda, tidak bisa berdiri. Kata dokter perlu delapan tahun baru bisa berdiri. Tapi Alhamdulillah dengan doa Guru Mulia, beliau mendoakan dan selesai. Tapi enam bulan saya di kursi roda. Itu enam bulan hadirin.., melihat gelas di depan meja, saya tidak bisa berdiri mencapainya. Iri melihat orang yang bisa berjalan. Rabbiy alangkah nikmatnya berjalan... dua meter dihadapanku, aku tidak bisa mengambilnya, tidak bisa turun dari ranjang, harus nunggu ada yang membawakan kursi roda. Gelas di hadapan dua meter tidak bisa meraihnya, haus harus nunggu orang datang. Ini keadaan kenikmatan bagi mereka yang berjalan,terasa sekali nikmatnya. Betapa indahnya mereka bisa berjalan, kesana – kemari, bisa keluar rumah, bisa kemana – mana, Saya duduk di kursi..., Itu hadirin – hadirat, tentunya kita tidak menginginkan datangnya musibah tapi ingatlah kenikmatan dari Allah, kesehatan kita dan kelowongan waktu.
Kelowongan waktu itu, kalau ada waktu kosong gunakan untuk hal yang abadi, afdhol. Gunakan untuk hal yang mencari kemuliaan di dunia, jika niatnya baik maka akan baik. Namun untuk hal yang abadi, afdhol. Kalau cuma beberapa menit ambil wudhu, sudah, sepanjang kau belum batal (maka) jadi pahala. Duduk, berdiri, berjalan, keluar rumah, jadi pahala itu selama engkau masih dalam keadaan suci dan berwudhu. Berapa menit wudhu?, (sekitar 2 menit saja atau kurang) kosong waktu 2 menit, wudhulah (maka) sampai kau batal wudhu, kau dalam ibadah.
Hadirin – hadirat, demikian indahnya kekosongan waktu diberikan oleh Allah Swt maka sempurnakanlah. Akan datang masanya kita akan kehilangan semua waktu kita dan Rasul saw bersabda riwayat Imam Bukhari didalam Shahihnya. “jika datang waktu kosong di waktu sore, jangan menunggu waktu kosong besok pagi, apapun yang bisa kau perbuat dari kemuliaan, perbuatlah. Bisa silaturahmi, silaturahmi, tidak bisa dengan telpon, tidak bisa telepon, (maka) sms, tidak bisa sms, berdoa untuk muslimin – muslimat. Berbuat apapun, jangan sampai tunggu besok pagi, sekarang jalankan selama ada waktu yang kosong. Kalau sudah datang waktu sore, jangan menunggu (menunda berbuat baik) waktu pagi. Lakukan apa yang bisa kita lakukan pada waktunya. Ambil waktu sehatmu dari sebelum waktu sakitmu dan ambil kesempatan mulia di masa hidupmu sebelum engkau wafat.
Hadirin – hadirat, berlian – berlian kehidupan yang abadi diajarkan oleh Nabi kita Muhammad saw dan tentunya jangan lupa mencintai Rasulullah Saw. Manusia yang paling mencintai umatnya, paling mencintaiku dan kalian dunia dan akhirat. Dan ucapan ini merupakan firman Allah “laqad jaa-akum rasulun min anfusikum a’ziizun a’laihi maa a’nittum hariishun a’laikum bil mu’miniina raufurrahiim” datang kepada kalian seorang Rasul dari bangsa kalian, sangat berat memikirkan musibah kalian dan sangat menjaga kalian dan berlemah lembut kepada umatnya yaitu orang – orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. (QS. At Taubah : 128)
Cinta beliau abadi kepada umatnya, sebelum umatnya mencintai beliau saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Kerinduan Rasul saw pada orang yang rindu pada beliau sudah disampaikan di masa hidup beliau bahwa akan datang orang yang rindu kepada beliau setelah beliau wafat. Seraya bersabda sambil menangis “aku rindu pada saudara – saudaraku”, para sahabat berkata “kami saudaramu ya Rasulullah”, Rasul berkata “mereka itu adalah orang – orang yang hidup setelah aku wafat, mereka ikut agama Islam dan mereka itu rindu melihat wajahku lebih dari harta dan keluarganya”.(Shahih Muslim)
Maksudnya (diantaranya) perkumpulan seperti ini, kita meninggalkan harta dan keluarga kita. Rumah kita tinggal, harta kita tinggal, kesibukan tinggal, duduk disini.
Disini kita tidak melihat Rasulullah (saw), kalau kita melihat Rasul (saw) barangkali dari minggu lalu kita tidak keluar dari tempat ini untuk menunggu munculnya wajah Sayyidina Muhammad Saw. Semoga Allah memuliakanku dan kalian yang mencintai Nabi kita Muhammad Saw. Ada beberapa dari saudara – saudara kita, bukan satu orang yang bermimpikan disaat acara di Masjid At-Tiin bahwa Ahlulbadr bersama kita berjumpa dengan Rasulullah Saw. Semoga ini menjadi qabul bagi kita bersama Ahlulbadr di dunia dan akhirat. Di dunia dalam keberkahan Ahlulbadr, di akhirat bersama Ahlulbadr dan Imam Ahlulbadr Sayyidina Muhammad Saw dalam kedamaian. Ya Rahman Ya Rahim
Hadirin – hadirat, Al Imam Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atsaqafi alaihi rahmatullah, (atasnya Rahmat Allah swt) seorang Al hafidz dan seorang muhaddits yang meriwayatkan lebih dari 5000 hadits,. Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atsaqafi melakukan 7X pergi haji, pahalanya dihadiahkan untuk Rasulullah Saw. Dan ia menyembelih 12.000 ekor kambing, pahalanya untuk Rasulullah Saw. Dan ia berkata “aku meng-khatamkan 12.000X khatamul qur’an, kuhadiahkan untuk Rasulullah Saw”. Hadirin, siapa diantara kita berlomba – lomba mengirim hadiah untuk Sayyidina Muhammad Saw. Semoga acara di At-Tiin itu menjadi hadiah bagi Rasulullah Saw. Amin allahumma amin.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Beberapa hal yang perlu saya jelaskan sebelum saya menyelesaikan tausiyah dan doa. Banyak muncul pertanyaan tentang zakat profesi. Zakat profesi tidak diakui dalam seluruh madzhab. Zakat setiap bulan tidak diakui oleh seluruh madzhab. Bahwa semua madzhab, Imam Hambali, Hanafi, Syafi’i, Maliki tidak mengakui adanya zakat bulanan atau zakat penghasilan. Yang ada adalah zakat harta dan zakat tijarah (dagang). Zakat cuma ada 7, tidak ada lebih dari itu :
1. Zakat Ma’din (tambang emas, perak, besi atau lainnya) semua tambang itu ada zakatnya. Zakatnya begitu dapat langsung dikeluarkan zakatnya, bukan penghasilan tapi dari tambang bumi.
2. Zakat Rikaz (harta karun) pendaman harta kalau ditemukan ada zakatnya
3. Zakat Ni’am (hewan ternak) kalau memelihara hewan berupa kambing, unta, sapi, kerbau ada zakatnya
4. Zakat Tsimar (buah – buahan)
5. Zakat Maal (harta)
6. Zakat Tijarah (perdagangan)
7. Zakat Fitrah (badan)
Dan tidak ada lagi zakat penghasilan. Jadi sebagian orang yang mengada – adakan di masa sekarang ini sungguh bukan hal yang benar. Kalau disebut shadaqah penghasilan atau shadaqah profesi kita terima, Karena shadaqah hukumnya sunnah, boleh – boleh saja. Tapi kalau zakat, zakat itu fadhu a’in, tidak boleh ditambah – tambah fardhu a’in. Kalau sudah fardhu a’in tidak dilakukan, orang yang tidak mengeluarkan zakat, maka halal harta dan darahnya. Jadi tidak bisa zakat profesi diada – adakan sebagai zakat. Kalau shadaqah profesi / penghasilan setiap bulan mau shadaqah 2,5%, jangankan setiap bulan, mau setiap hari pun shadaqah merupakan sunnah Nabi saw. Tentukan setiap hari shadaqah, atau hari Jum’at shadaqah atau tiap bulan potong gaji, mau 2,5%, mau 10%, mau 20%, mau 50%, mau seluruhnya, silahkan tapi shadaqah…., jangan bicara zakat.
Kalau zakat adalah hal yang fardhu a’in dan tidak bisa ditambah atau dikurangi. Kalau alasan mereka zakat profesi katanya zaman sekarang banyak orang keluar dari Islam karena kemiskinannya, jadi harus ditambah. Kalau begitu banyak yang maksiat, shalat ditambah menjadi 7X setiap harinya??. Tidak bisa begitu tentunya, shalat fardhu tetap 5 waktu dalam jumlah 17 rakaat, tidak bisa ditambah lagi, kalau mau ditambah lagi dengan hal – hal yang sunnah maka afdhal.
Demikian pula zakat, tidak bisa ditambah lagi dan tidak ada dalilnya. Dalil yang dipegang oleh mereka yang mengatakan bahwa Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan ra menjalankan setiap bulan mengeluarkan zakat atau shadaqah, Dikatakan oleh para muhaddits kita bahwa itu untuk dirinya. Kalau untuk dirinya maka itu terserah yang mengeluarkan setiap bulannya. Misalnya saya atau kalian tiap bulan mengeluarkan sekian, terserah, tapi ia tidak memerintahkan untuk yang lainnya tapi untuk dirinya sendiri.
Dan dijelaskan oleh Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Nawawi menjawab tentang masalah ini bahwa orang – orang yang mengatakan adanya zakat selain haul dan nishob (haul : sempurna setahun, Nishab : batas minimal harta yg dikenai zakat) adalah mereka tidak memperhatikan hadits shahih riwayat Imam Malik dari Nafi’ dari ibn Umar yang ini dikatakan oleh Imam Bukhari sebagai silsilah Dzahabiyah (rantai sanad hadits tekuat), maksudnya silsilah perawi hadits yang paling shahih adalah dari Imam Malik dari Nafi dari Ibn Umar dari Rasulullah saw yang mengatakan tidak ada orang yang zakat harta kecuali melewati 1 tahun baru bisa dizakati kalau melewati nishob. Apa itu nishob? Nishob itu adalah batas minimal, kalau lebih dari itu maka wajib mengeluarkan zakat harta. Jadi (jika) mempunyai (gaji/penghasilan) bulanan, tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat. Tapi kalau menaruh uang, terus disimpan sampai setahun dan tidak kurang dari nishob. Berapa nishob?, Nishob adalah harga 84gram emas murni. Jadi seharga 84gram emas murni itu berbeda – beda, setiap hari berbeda. Berapa 84gram emas murni itu? seandainya 84 juta (misalnya) berarti kalau mempunyai harta lebih dari 84 juta sampai setahun tidak kurang, kena zakatnya 2,5% itu zakat harta.
Tapi kalau profesi dan gaji tiap bulan tidak ada zakatnya. (mengada adakan zakat bulanan pada gaji dan profesi) Itu adalah bid’ah dhalalah yang diada – adakan dengan riwayat yang tidak shahih. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah.
Kita bermunajat kepada Allah Swt, masih tersisa 4 malam dihadapan kita. Semoga Allah muliakan kita didalam keluhuran, di malam yang agung ini dan juga jangan lupa acara – acara kita masih di depan kita. Malam selasa yang akan datang, mereka yang sudah mudik semoga diberi keselamatan oleh Allah Swt, mereka yang ada di Jakarta, punya kesempatan hadir, majelis ini tidak pernah libur selama saya masih hidup, insya Allah majelis ini berlanjut walau malam lebaran.
0 komentar:
Post a Comment