قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ
(صحيح البخاري)Sabda Rasulullah saw :
“Jika telah diletakkan jenazah untuk diusung di leher mereka, jika Jenazah orang shalih maka ia (ruh nya) berkata : percepatlah..!, jika bukan orang baik maka ia berkata : wahai celakalah tubuh, kemana mereka akan membawa tubuh ini..!, suara itu didengar oleh segala sesuatu kecuali manusia, jika manusia mendengarnya ia akan roboh pingsan/wafat” (Shahih Bukhari)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ وَاْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْحَمْدُلِلهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذَااْلمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَاْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِيْ هَذَا اْلجَمْعِ اْلعَظِيْمِ
Limpahan Puji ke hadirat Allah SWT Yang Maha Luhur, Maha penguasa tunggal dan abadi sepanjang waktu dan zaman , Maha menciptakan kehidupan dan Maha melimpahkan anugerah tiada berhenti dan rahmatNya yang tiada pernah terputus, berjuta-juta kenikmatan bagaikan rantai yang terus tersambung kepada kehidupan segenap hambaNya, kenikmatan hidup kenikmatan bergerak kenikamatan diam kenikmatan melihat dan lain sebagainya dari kenikmatan yang terus mengalir di muka bumi ini, bagaikan rantai-rantai kasih sayang Ilahi yang langsung bersambung kepada segenap hamba-hambaNya, dan itu merupakan seruan dan merupakan isyarat dan juga merupakan panggilan dari Allah SWT agar kita menerima cintaNya, menerima kasih sayang dan kelembutan Ilahi, sebagaimana firmanNya : وَإِذَا سَألَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ( البقرة : 186
“ Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhamamad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu”. ( QS. Al Baqarah : 186 )Hadirin hadirat…فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ “Sungguh Aku ini Maha dekat”, karena memang selalu melimpahkan kenikmatan dan anugerah kepada hamba lebih daripada segenap hamba satu sama lain. Tiadalah seorang kekasih yang pemberiannya melebihi pemberiaan Allah kepada kekasihNya di antara makhluk dan lainnya, namun Allah Maha Raja alam semesta terus memberi dan menganugerahi hamba-hambaNya dan itu adalah bukti yang terjelas atas makna kalimat “ Sungguh Aku Maha dekat”, karena memang tidak ada yang lebih dekat kepada kita dari Allah SWT dan kedekatan tentunya bukan kedekatan jarak yang bisa dibatasi dengan jarak, tapi kedekatan ini adalah kedekatanNya yang teramat dekat melebihi segenap kasih sayang hamba satu sama lain, dan inilah maksudnya, فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ paling cepat memaafkan segenap kesalahan, paling cepat menjawab tobat dan penyesalan hamba diganti dengan maaf dan limpahan pahala, sebagaimana firman Allah SWT :
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ وَعَمَلَ عَمَلاً صَالِحًا فَألُئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّأتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُوْرًا رَحِيْمًا . الفرقان : 70 )
“Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan , maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. ( QS. Al Furqan : 70 )Inilah Yang Maha baik dan tiada kasih sayang melebihi ini, kalau seandainya kita mempunyai orang yang bersalah kepada kita atau berbuat jahat kepada kita belum tentu kita memaafkannya, kalau kita maafkan pun apa iya kita akan memberi sekedar kesalahannya itu diganti dengan anugerah dan pemberian?? Itu hanya ada pada Allah SWT :
يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّأتِهِمْ حَسَنَاتٍ
“ Allah ganti kejahatan (dosa) mereka dengan kebaikan “Sebanyak apa dosanya di ganti dengan pahala, karena mau mendekat kepada Allah SWT. Semoga seluruh jiwaku dan kalian setiap waktu dan saat bercahaya dengan cahaya keinginan dekat dengan Allah SWT, yang dengan itu pengampunan dan anugerahNya dunia dan akhirah bathinan wa zhahiran selalu berlimpah.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Sampailah kita pada hadits mulia ini, dimana Rasul SAW menjelaskan bagaimana keadaan kematian, ketika seseorang telah wafat jika ia jenazah orang yang baik maka ketika jenazah itu di angkat dan diusung di atas leher orang-orang yang mengangkatnya di pundak mereka, maka di saat itu berkatalah ruh nya :
قَدِّمُوْنِيْ قَدِّمُوْنِيْ
“ Percepatlah percepatlah (sampai ke kuburku)”Karena ia tau ia akan sampai kepada kebahagiaan yang kekal, ia akan sampai kepada keluhuran, ia tak akan lagi menemui fitnah dan kesusahan, ia tak akan lagi menemui musibah dan masalah, selesai sudah. Maka ruh itu berkata “ percepat percepat kalian untuk menguburkan ku”. Kalau bukan orang yang shalih, orang yang banyak berbuat jahat maka ruh nya berseru :
يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُوْنْ بِهَا ( رواه البخاري
“ Sungguh celaka mau dibawa kemana jenazah ini “. ( HR. Bukhari) Mau di bawa kemana jenazahku ini, mau di bawa kemana tubuhku ini betapa meruginya ia,celaka lah aku celakalah tubuhku yang penuh kesalahan ini karena akan dimintai pertanggung jawaban. Maka Rasulullah SAW bersabda suara itu di dengar oleh seluruh apa-apa yang ada di alam ini kecuali manusia,
يَسْمَعُهَا كُلُّ شَيْئٍ إِلَّا اْلإِنْسَانُ لَوْ سَمِعَهُ لَصَعِقَ ( رواه البخاري
“Segala sesuatu mendengar suara itu (jeritan ruh) kecuali manusia, kalau manusia mendengarnya maka ia akan pingsan ”. ( HR. Bukhari ) Hadirin hadirat…
Dari hadits ini kita memahami dan sedikit memecah pertanyaan yang sering muncul kepada saya, apakah iya orang yang sudah wafat itu bisa menghantui? (jawabannya adalah) Tidak bisa, kecuali para shalihin. kalau orang-orang shalih, orang baik maka bisa saja ia mengunjungi keluarganya atau kerabatnya untuk menyampaikan wasiat bukan menghantui, kalau menghantui tidak bisa. Orang yang sudah wafat itu kalau dia orang yang banyak dosa maka ia dipenjara untuk menebus dosa-dosanya, kalau seandainya ia orang yang baik maka ia di istirahatkan. Jadi yang menghantui itu adalah makhluk ghaib yang disebut jin atau dari kaum syaitan bukan orang itu barangkali berwujud dengan wujud orang itu, nafikan (hilangkan/jangan percaya) segala hal seperti ini dari fikiran kalian. Orang yang wafat akan menjadi hantu, mengganggu manusia, jangankan mengganggu manusia, ia sibuk dengan dirinya sendiri tidak sempat mengganggu orang lain. Ketika ia berdosa ia sibuk bertanggung jawab atas dosanya tidak bisa mengganggu apalagi mendatangi orang lain.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Ingatlah suata saat kelak bahwa semua teman kita akan kita tinggalkan, dan di saat itu kita hanya sendiri bersama Allah. Coba kita renungkan jika seandainya dipastikan pada diri kita, kita akan berpindah ke suatu tempat ke suatu hutan belantara yang ada pemiliknya, di situ banyak binatang buasnya dan di situ juga ada istana-istana mewah, apa yang akan kau perbuat ? Surat sudah datang kepadamu pasti kau akan pindah di waktu yang kau tidak tahu, bisa saat ini, bisa besok,atau tahun depan tapi pasti datang, apa yang kita perbuat ? Kita akan pindah kesana, di sana itu tidak ada orang yang kita kenal kecuali hutan belantara tapi pemiliknya memberikan istana-istana yang mewah, tempat yang indah dan tempat yang mulia untuk tamu-tamu nya, kalau tidak menjadi tamunya kita di dalam hutan belantara yang penuh binatang buas yang belum tentu ada makanan dan barangkali ada jurang api, barangkali ada perangkap dan lain sebagainya, maka apa yang kita perbuat ? Tentunya kita ingin menjalin hubungan dengan sang pemilik tempat tersebut, agar apa ? Agar kita sampai disana menjadi tamunya yang mulia, (maka) lebih-lebih lagi di alam barzah.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Sebelum kita ingin menjalin hubungan dengan Allah, Allah SWT telah menawarkan jalinan hubungan dengan kita dengan Alqur’an Al Karim, dengan tuntunan para Nabi dan Rasul. Allah SWT pemilik alam barzah dan alam akhirah sudah menginginkan kita mendekat denganNya, ingin kau menjadi tamuNya yang mulia di dunia, tamunya yang mulia di alam kubur, tamunya yang mulia di alam barzah , tamunya yang mulia di alam akhirah nanti, ini sudah ditawarkan kepada kita, cuma kita yang terus menolaknya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Terimalah tawaran kasih sayang Ilahi ini, ingatlah nanti kita akan pindah ke tempat itu bukan tempat yang jauh bagaikan dua ruangan yang terpisah dengan satu pintu, masing-masing pindah semuanya akan melewati pintu itu pindah kesana, kalau ia orang yang banyak berbuat jahat maka keadaannya seperti orang yang tadi di sebut dalam hadits, ia berkata “sungguh celaka mau di bawa kemana jenazahku itu yang penuh dengan dosa, nanti akan dipertanggung jawabkan oleh Allah SWT”, tapi kalau ia orang yang baik, ia akan berkata “percepatlah aku ke kuburku, aku akan sampai ke tempat kebahagiaan”.<./p>
Hadirin hadirat…Di sana keputusan tergantung pada Yang Maha Abadi, Allah. Di mana tempat kita, apakah di dalam penjara alam kubur, penjara alam kubur lebih dahsyat dari penjara di dunia, (dan selain itu) ada yang ditidurkan, ada yang diperjumpakan dengan arwah kerabatnya yang sudah wafat juga, ada yang diperjumpakan dengan Rasulullah SAW, mana yang kau pilih, ini pilihan sudah di hadapan kita, A B C D E F mana yang kau pilih?, Hadirin hadirat..beruntung mereka yang memilih ingin bersama ruh Sayyidina Muhammad SAW, maka jawablah dengan perbuatan, jawablah dengan niat, jawablah dengan penyesalan atas dosa-dosa kita, jawablah dengan membenahi diri kita.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Rasul SAW menyampaikan hadits ini, seraya Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam kitab Fathul Bari Bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan makna hadits ini, sebagian Ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan kalau sampai suara itu di dengar oleh manusia maka akan mati, maka itu adalah jeritan jenazah yang pendosa, kalau jenazah yang shalih maka orang yang mendengarnya akan membuatnya tenang, namun pendapat lain di dalam Fathul Bari Al Imam Ibn Hajar menjelaskan pendapat yang kedua adalah bahwa manusia tidak bisa mendengar suara ruh, kalau manusia mendengar suara ruh maka mereka akan kaget dan terguncang ruhnya dan wafat, karena suara ruh jauh lebih tajam daripada suara lisan, karena suara ruh sudah di pendam di bentengi atau di saring oleh getaran pita suara, kalau seandainya suara ruhnya masih terdengar maka akan membuat manusia wafat, namun Al Imam Ibn Hajar menukil pendapat yang pertama bahwa suara ruh itu tidak bisa di dengar dan jeritan ruh para pendosa itu akan membuat manusia ketakutan. Demikian hadirin hadirat…tentunya kita berharap tidak satu pun diantara kita yang hadir ini dalam kehinaan di alam kubur. Semoga kita semua saat jenazah sudah di angkat,saat tubuh kita di usung ruh kita berkata قَدِّمُوْنِيْ قَدِّمُوْنِيْ “ percepat, percepat”, segera mendapatkan kebahagiaan yang kekal. Panjangkan usia kami dalam keberkahan dan kemakmuran dalam hidayah dan kasih sayangMu Ya Allah.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika Sayyidina Sa’ad ibn Ubadah RA sakit, Rasul SAW menjenguknya bersama Sayyidina Abdurrahman Ibn ‘Auf dan para sahabat lainnya, ketika sampai Sa’ad bin ‘Ubadah dalam keadaan sakit dan tersengal-sengal dan dikira sudah sakaratul maut maka Rasul SAW berkata “ apakah dia sudah menghembuskan nafas yang terakhir”?, maka para sahabat berkata “ tidak Wahai Rasulallah, belum wafat”, maka Rasul SAW melihat Sa’ad bin Ubadah lalu mengalirlah air mata Rasulullah SAW, para sahabat melihat Rasulullah SAW mengalirkan air mata, merekapun ikut menangis juga. Maka Rasulullah SAW berkata :
أَلَا تَسْمَعُوْنَ إِنَّ اللهَ لَا يُعَذِّبُ بِدَمْعِ اْلعَيْنِ وَلَابِحُزْنِ اْلقَلْبِ وَلَكِنْ يُعَذّبُ بِهَذَا فَأشَارَ إِلَى لِسَانِهِ أَوْ يرْحَمُ . ( صحيح البخاري
“ Bukankah kalian mendengar? Bahwa Allah tidak mengazab air mata yang mengalir dan tidak juga hati yang sedih,akan tetapi Allah mengazab sebab ini ( sambil menunjuk ke lisannya SAW ) atau dikasihi sebab lisan. ( HR. Bukhari )Maksudnya Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa menangisi mayyit itu yang paling baik kalau tidak bisa bertahan maka jangan bersuara, cukup mengalirkan air mata saja, tapi jika bersuara pun hal ini bukan hal yang mungkar dan membuat mayyit tersiksa, tidak. Tapi yang diharamkan adalah niyaahah, niyahah itu sampai menarik rambut dan menjerit – jerit dan meronta-ronta lalu menyalahkan takdir, tidak menerima takdir, ini yang disebut niyahah. Kita lanjutkan hadits Rasul SAW
“ Tidakkah kalian mendengar suara tangisku ”, kata Rasul SAW tentunya para sahabat mendengar. Maka Rasul SAW berkata Allah itu tidak akan marah kalau seandainya kita mengalirkan air mata kesedihan atau hati kita bersedih atas saudara kita yang wafat, tidak akan murka Allah, namanya kekasih di tinggal oleh orang yang dicintainya, anaknya kah, suaminya kah, temannya kah, tentunya ia menangis dan sedih, maka Allah tidak akan murka akan hal itu tetapi Allah bisa murka karena ini ( seraya menunjuk ke lidah beliau) atau mengasihani dan melimpahkan kasih sayang sebab lidah. Maksudnya apa? Allah SWT bisa murka karena ucapan kita, Allah juga bisa menyayangi kita karena ucapan kita , demikian pula jenazah, akan menyulitkannya kalau keluarganya terus tidak menerima takdir kematiannya ( misalnya berkata : aku tidak rela saudaraku ini mati, kenapa takdir begini, kenapa Allah tidak adil ) hal itu akan memberatkan jenazah, karena Allah akan menuntutnya, engkau tidak mengajari saudara, kerabat dan keluargamu tentang kesabaran? Dan sebaliknya Allah bisa mengasihi jenazah kalau di doakan oleh keluarganya dan kerabatnya .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
أَلَا تَسْمَعُوْنَ إِنَّ اللهَ لَا يُعَذِّبُ بِدَمْعِ اْلعَيْنِ وَلَابِحُزْنِ اْلقَلْبِ وَلَكِنْ يُعَذّبُ بِهَذَا فَأشَارَ إِلَى لِسَانِهِ أَوْ يرْحَمُ
Ingatlah ucapan ini, hati-hatilah Allah itu bisa murka atau melimpahkan kasih sayang karena ucapan lidah kita. Jadi, kelanjutannya adalah memperbanyak doa menambah kasih sayang Allah kepada kita, memperbanyak zikir menambah kasih sayang Allah kepada kita, oleh sebab itu berkumpul untuk mendoakan jenazah dan lain sebagainya sudah jelas hadits ini bisa di angkat sebagai dalil, bahwa orang yang di dalam kubur sungguh mendapat kasih sayang sebab lisan, ucapan zikir seperti tahlil dan lain sebagainya, dan tentunya di dalam seluruh mazhab telah berittifaq semua amal pahala yang dikirimkan kepada yang wafat sampai kepada yang wafat. Dan yang disebut putus amalnya adalah amalnya dia karena dia tidak bisa beramal lagi kecuali tiga hal saja yaitu shadaqah jariyah, anak shalih yang mendoakannya dan ilmu yang bermanfaat, selain itu tidak ada lagi dia bisa beramal, namun amal orang lain yang dikirimkan tentunya hal itu sampai dan hal itu sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW sebelum semua orang melakukannya, bahkan Rasulullah SAW mengirimkan pahala untuk semua yang hidup dan yang wafat . Diriwayatkan dalam Shahih Muslim saat Rasulullah SAW menyembelih kurban seraya berkata : اَللَّهُمَّ فَتَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّد وَمِنْ آلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
“ Wahai Allah terimalah kurban ini dari Muhammad, dari keluarga Muhammad dan dari seluruh ummat Muhammad “Sembelihan untuk seluruh ummat beliau yang masih hidup,yang sudah wafat atau yang belum lahir di masa itu kebagian dari pahala kurbannya Rasulullah SAW, demikian hadits riwayat Shahih Muslim.
Hadirin hadirat…
Lantas hadits yang tadi disebutkan:
إِنَّ اْلمَيِّتَ لَيُعَذَّبَ بِبُكَاء أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“ Sesungguhnya mayyit itu di siksa karena tangisan keluarganya atasnya”. Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari mensyarahkan makna hadits ini, menukil beberapa hadits shahih bahwa yang dimaksud adalah di masa itu orang-orang yang akan wafat itu sudah berwasiat kalau aku wafat nanti tangisi, ada kelompok penangis yang memang tugasnya menangisi mayyit, maksudnya kalau seandainya orang-orang yang tidak baik maka tentunya banyak yang tidak menangis, maka dibayarlah orang-orang untuk menangisi mayyit itu, ini yang dimaksud dalam hadits tersebut. Makna yang kedua adalah orang yang minta ditangisi ketika ia wafat, nanti kalau aku wafat kalian harus menangisiku maka hal ini yang di maksud oleh Al Imam Ibn Hajar. Yang ketiga, orang yang tidak mengajari keluarganya untuk bersabar kalau seandainya ada kematian dari keluarganya. Namun pendapat yang terkuat adalah yang pertama dan yang kedua, dan yang ketiga ini bukan pendapat jumhur (jumhur : mayoritas) . Pendapat jumhur adalah dulu di masa jahiliyah ada orang yang sengaja membayar kelompok tertentu untuk menangisi, hal itu yang membuat mayyit tersiksa disebabkan perbuatan orang itu menangisi, tapi jika seseorang menangisi mayyit begitu saja hal itu terjadi di masa Rasulullah SAW, demikian juga para shahabat besar sebagaimana riwayat tadi Sa’ad bin Ubadah RA, namun karena Rasulullah menjenguknya ia belum wafat, maka di saat itu Sa’ad Bin Ubadah sembuh dari sakitnya dan tidak wafat.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari ketika Sayyidina Jabir bin Abdillah RA meriwayatkan ayahnya wafat , “ di saat ayahku wafat aku menangisi jenazah ayahku yang wafat, dan orang-orang melarang aku, supaya jangan menangis keras, tapi Rasullullah tidak melarangku “. Orang sedang menagis sedih mau dilarang dihardik lagi, Rasul SAW adalah orang yang paling lembut, beliau diam. Namun ketika datang Fathimah Ra (bibi Jabir bin Abdillah) maka ia menangisinya (tidak melarang/menghardik), lihat (bagaimana) cara Rasul untuk mendiamkan orang yang menangis , Rasul SAW tidak menghardik “keluar jangan tangisi mayyit..!!” beliau tidak berkata begitu, tapi beliau berkata :
تَبْكِيْنَ عَلَيْهِ أَوْلَا تَبْكِيْنَ مَا زَالَتِ اْلمَلاَئِكَةُ تَظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوْهُ
“Engkau menangisi atau tidak menangisi jenazah ini, sungguh malaikat tetap menaunginya sampai kalian mengangkat jenazahnya “.Lihat cara Nabi SAW menenangkan orang yang sedang dalam kesedihan, ditenangkan, maksudnya apa? Supaya berhenti tangisnya, supaya terhibur dari kesedihannya, bukan dihardik. Demikianlah akhlak Nabi Muhammad SAW ketika Sayyidina Jabir menangis, Rasul tidak melarang yang lain melarang sedangkan Rasul diam. Tapi ketika bibinya datang dan menagis, maka Rasul menenangkan denagn ucapan ini :
تَبْكِيْنَ عَلَيْهِ أَوْلَا تَبْكِيْنَ مَا زَالَتِ اْلمَلاَئِكَةُ تَظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوْهُ
Demikian indahnya cara dan metode yang sangat luhur dan sempurna dari budi pekerti Rasulullah SAW.Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, tentunya ini berkaitan dengan pertanyaan yang sering muncul tentang hadits Rasul SAW :
قَاتَلَ اللهُ اْليَهُوْدُ إِتَّخَذُوْا قُبُوْرَأَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
“ Allah memurkai orang-orang Yahudi yang menjadikan kubur para Nabi mereka sebagai masjid” Ini diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, dan dijadikan dalil oleh sebagian saudara-saudari kita muslimin muslimat bahwa kuburan ulama di masjid haram hukumnya dan dimurkai Allah, tentunya tidak demikian makna dari hadits ini. Dijelaskan oleh Hujjatul Islam Wabarakatul Anam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari Bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan makna hadits ini adalah, bahwa yang dimaksud adalah menjadikan di atas kubur para Nabi sebagai tempat shalat, menginjak-injaknya atau menyembahnya, itu yang dilarang. Tapi kalau seandainya kuburan Ulama atau Shalihin di samping masjid atau di wilayah masjid hal itu tidak dilarang karena hal itu tidak ada larangannya, demikian yang dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari Bisyarh Shahih Al Bukhari. Jadi, bertabarruk dengan para shalihin dan ulama dan juga barangkali pewakaf masjid menjadikan kuburan di dekat masjid hal itu tidak apa-apa. Dan dijelaskan pada Faidhul Qadiir menjelaskan bahwa berkata Al Imam Baidhawi bahwa kuburan Nabi Ismail adalah di Masjidil Haram justru orang thawaf disitu dan dijadikan tempat shalat, bahkan juga Masjid An Nabawy yang padanya terdapat kuburan Nabi Muhammad SAW, memang di masa Rasul SAW kuburan Nabi itu belum masuk menjadi wilayah masjid namun setelah perluasan di masa Khalifah Utsman bin Affan RA, diperluas di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib Kw terus diperluas dan diperluas sampai lingkungan makam Rasul itu termasuk ke dalam lingkungan masjid, tapi kan tidak menginjak makamnya tentunya di situ ada temboknya, kan orang rukuk dan sujud di hadapannya kubur Rasul SAW hal itu sudah berjalan di masa para sahabat, hal itu sudah ada di masa Al Imam Bukhari , Al Imam Muslim dan Imam seluruh mazhab, para ulama dan para hujjatul Islam, jika hal itu munkar maka tentunya mereka tidak akan diam, bukan orang di zaman sekarang yang protes terhadap sesuatu yang sudah berjalan di masa Rasululullah SAW. Jadi yang dimaksud adalah menjadikan kubur para Nabi untuk disembah, demikian hadirin hadirat yang dijelaskan oleh Al Imam Bukhari dalam Shahihnya. Dan juga yang sering ditanyakan tentang hadits :
لَاتُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ اَلْمَسْجِدِ اْلحَرَامِ وَمَسْجِدِيْ هَذَا وَمَسْجِدِ اْلأَقْصَى
" Janganlah memaksakan ( berusaha keras) mengadakan perjalanan kecuali pada tiga masjid, Masjidil Haram dan Masjid ku ini ( Masjid Nabawy) dan Masjidil Aqsa” Hadits ini sebagian saudara-saudara kita menjadikannya dalil larangan ziarah, tentunya beda. Dimana ziarah, dimana urusan Masjid Al Aqsa, Masjid An Nabawy dan Masjidil Haram. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari mensyarahkan makna hadits ini bahwa tidak ada larangan pergi ke masjid lain kalau disitu ada makam para shalihin atau bertabarruk padanya, yang menjadi makruh adalah mengkhususkannya untuk shalat, kalau untuk shalat tidak ada tempat yang lebih afdhal dari masjid itu, masjid di barat dan timur orang bilang kemuliaannya seperti apapun, tidak ada masjid yang lebih mulia shalat padanya daripada tiga masjid itu, Jadi semua masjid sama pahala shalatnya kecuali tiga masjid itu, jadi kalau datang ke suatu masjid untuk shalat di dalamnya, Rasul katakana semua Masjid itu sama hukum shalatnya jangan kalian terlalu bersemangat untuk mengunjungi masjid ini, atau masjid ini, itu makruh hukumnya bukan haram, kecuali tiga masjid tadi kalau ke Masjidil Haram, masjidil Aqsa, dan Masjid An Nabawy sangat bersemangat itu boleh. Tapi Al Imam Ibn Hajar menjelaskan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasul SAW berkunjung ke masjid Quba setiap hari sabtu, ini menunjukkan tidak ada larangan datang ke masjid manapun yang ingin kita kunjungi. Rasul SAW setiap hari sabtu datang ke masjid Quba dekat Madinah Al Munawwarah dan tidak pernah meninggalkannya, ini menunjukkan bahwa berkunjung ke masjid-masjid manapun ini boleh-boleh saja demikian ziarah shalihin, dan berkata Al Imam Ibn Hajar bahwa hadits ini juga membatalkan pendapat yang mengatakan larangan ziarah ke makam para shalihin dan masjid-masjid yang di bangun para shalihin, karena yang dimaksud larangan adalah kemuliaan masjidnya bukan shahib makam orang shalih yang ada di masjid tersebut, ziarah boleh-boleh saja.
Demikian hadirin hadirat dua hal yang saya sampaikan tadi, hadits tentang :
لَاتُشَدُّ الرِّحَالُ, dan إِتِّخَاذُ اْلقُبُوْر مَسَاجِدَ
Mengenai kubah diatas kuburan, di dalam mazhab Al Imam Syafi’I bahwa hal itu tidak diperbolehkan kalau tanpa seijin pewakafnya, kalau pewakafnya mengizinkan maka tidak ada lagi larangannya. Namun hal itu mustahab (dianjurkan) bagi para Shalihin demikian yang dijelaskan oleh Al Imam An Nawawy Hujjatul islam dan Imam lainnyabahwa dibuatnya kubah-kubah untuk para shalihin itu mustahab fih ( di sunnahkan).Tentunya supaya orang yang ziarah kesitu tidak kepanasan dan tidak kehujanan, kalau mau berdoa atau apa maka tidak repot dan tidak terganggu, kasian para peziarah itu maka di bangun tempat untuk mereka, bukan untuk mereka yang wafat, mereka yang wafat sudah lewat dengan amal pahalanya, jika mereka mulia maka mereka akan dalam kemuliaan dan jika mereka hina maka mereka dalam kehinaan, namun orang yang berziarah kasihan, kalau banyak orang yang berziarah ke tempat itu kepanasan atau kehujanan dan lain sebagainya maka dibikinkan kubah saja untuk orang-orang yang hidup di dunia, kalau mereka yang wafat sudah di dalam istana kemegahan yang abadi di dalam kubur tanpa perlu ada kubah, demikian hadirin, tapi untuk orang biasa sebagian ulama bermazhab syafi’i mengatakannya makruh kecuali kalau tidak diizinkan oleh pewakaf maka tentunya menjadi haram hukumnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Rasul SAW adalah manusia yang paling indah budi pekertinya, berkata salah seorang sahabat Ra ketika seorang wanita memberi kabar kepada Rasul SAW, diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, bahwa putrinya wafat maka Rasul SAW berkata katakan pada wanita itu ittaqillah washbirii : bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, Allah mengambil apa yang dimilikiNya.
إِنَّ لِلهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ( رواه البخاري
“Sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang Ia ambil dan kepunyaanNya apa yang Ia berikan dan segala sesuatu pada sisiNya itu ada ketentuannya”. ( HR. Bukhari ) Namun wanita itu mengirim lagi utusan kepada Rasul SAW dia belum bisa tenang atas kematian putrinya, maka Rasulullah SAW keluar bersama para sahabat untuk mengunjungi rumah duka, rumah jenazah. Sampai di rumah jenazah Rasul SAW tidak kuat menahan air matanya. Inilah yang saya sebutkan tadi bahwa Rasul SAW juga menangisi jenazah, menunjukkan hal ini tidak dilarang, maka Rasul menangis, kemudian para sahabat berkata “ Wahai Rasullullah engkau menangisi jenazah”?, Rasul berkata :
هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللهُ فِي قُلُوْبِ عِبَادِهِ وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءُ
" Ini adalah kasih sayang yang dijadikan Allah pada setiap hati hambaNya, sesungguhnya Allah akan mengasihi hamba-hambaNya yang penyayang”. Ini kasih saying kata Rasul, dan orang punya kasih sayang dan Allah beri kasih sayang itu sebagai anugerah yang agung. Manusia yang paling berkasih sayang Nabi kita Muhammad SAW. Allah jadikan kasih sayang itu ada pada setiap hati hambaNya. Dan sungguh Allah itu mengasihani dan menyayangi orang-orang yang berjiwa kasih sayang, makin berkasih sayang seseorang, makin disayangi oleh Allah. Semoga Allah menyinari dan menerangi hati kita dengan cahaya sifat kasih sayang kepada seluruh makhluknya hingga Allah selalu berkasih sayang kepada kita.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasul SAW ini orang yang sangat peduli khususnya kepada fuqara’ , bagaimana Rasul SAW peduli kepada orang-orang susah,sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasul saw sedang shalat dan selepas salam beliau langsung berdiri dan keluar dari shaf shalat, nah dalam hadits ini ada dua dalil yang bisa kita ambil, dalil yang pertama Rasulullah selepas shalat pasti berzikir dulu kenapa? karena ketika Rasul SAW selesai salam langsung keluar, maka para sahabat bertanya : “ ada apa Ya Rasulullah kok terburu-buru?” Rasulullah tidak menjawab terus keluar dari shaf shalat, menunjukkan bahwa Rasul SAW selepas shalat berzikir dulu. Kalau zaman sekarang orang yang mengatakan Rasulullah itu selepas shalat tidak berzikir , jadi berzikir selepas shalat itu hukumnya bid’ah? maka tentunya ia bertentangan dengan hadits ini.
Hadirin hadirat… Rasulullah SAW terus keluar tidak ikut berzikir bersama jama’ah selepas salam selesai shalat, ditanya tidak jawab, tidak lama kemudian beliau berjumpa dengan para sahabat, ditanya oleh para sahabat “ Ya Rasulullah tadi engkau terburu-buru, kenapa? seakan-akan ada sesuatu yang membuatmu terkejar-kejar selepas salam tanpa zikir dan doa langsung keluar meninggalkan shaf shalat “, maka Rasul SAW berkata: “tadi aku selepas salam teringat ada butiran kecil daripada perak kusimpan di rumah lupa belum ku sampaikan kepada orang yang berhak, belum ku sedekahkan”. Mungkin kalau kita sekarang sebutir kecil perak itu harganya hanya lima ratus atau seribu rupiah. Selepas salam teringat kalau itu belum disedekahkan kepada fuqara’ maka keluar dari shalatnya terburu-buru, demikian indahnya budi pekerti Nabi Muhammad SAW, kalau sudah urusan hak para fuqara’ beliau tidak akan melambatkannya tetapi segera terburu-buru menyelesaikannya, padahal sebutir kecil perak saja, apalagi kalau emas atau uang yang banyak.
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bagaimana indahnya budi pekerti Nabi kita Muhammad SAW, ketika Rasul SAW didatangi seorang wanita yang membawa sebuah kain dan ia berkata ini aku tenun sendiri pakaian ini supaya engkau pakai wahai Rasulullah, maka Rasul SAW menerimanya dengan gembira dan senang, maka Rasulullah berterima kasih, dan wanita itu pergi kemudian Rasulullah pakai kain itu. Saat kain itu dipakai datang orang lain bersama para sahabat dan satu orang berkata : aku minta pakaian ini Ya Rasulullah, para sahabat lain marah mendengar hal itu, orang ini tidak punya akhlak kenapa? lagi di pakai oleh Rasul SAW diminta, pertama tidak punya akhlak kepada Rasul SAW, kedua lebih marah lagi karena mereka tahu bahwa Rasulullah tidak pernah menolak permintaan orang yang meminta kepadanya, tidak pernah mengatakan tidak,
مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ شَيْئًا قَطٌّ فَقَالَ لَا
“ Tidaklah sesekali Rasulullah dimintai sesuatu kemudian berkata “ Tidak”. (shahih Bukhari) selalu memberi inilah Rasul SAW. Minta kepada orang yang tidak pernah menolak maka keterlaluan sekali kata sahabat kira-kira berkata seperti itu. Maka Rasul pun membukanya dan memberikannya. Maka para sahabat lain marah kepada orang itu dan sahabat berkata : tidak punya adab kamu ini, Rasulullah lagi pakai kau memintanya, maka orang itu berkata : bukan itu yang ku inginkan wahai sahabatku tapi aku ingin dikafani dengan pakaian yang telah di sentuh oleh tubuh Nabi Muhammad SAW, demikian riwayat Shahih Al Bukhari . Maka ketika orang itu wafat ia dikafani dengan kain itu, karena ia ingin dikafani dengan pakaian yang sudah bersentuhan dengan kulitnya Nabi Muhammad SAW.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Manusia yang budi pekertinya paling indah dan Rasul SAW bersabda :
أَحَبُّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا
“ Orang yang paling kucintai di antara kalian adalah orang yang paling bagus budi pekertinya” . (Shahih Bukhari) Kita bermunajat kepada Allah SWT semoga Allah memuliakan kita di dunia dan akhirah , Rabbi..limpahkan kepada kami kebahagiaan, limpahkan kepada kami kekhusyu’an limpahkan kepada kami kedamaian Rabbi kami bermunajat atas namaMu yang Maha Indah ,namaMu Yang Maha Abadi, namaMu yang Maha Tunggal. Rabbi..dari namaMu terpecah seluruh kemuliaan di alam semesta sepanjang waktu dan zaman, yang dari ketentuanMu seluruh kejadian dan kehidupan. Wahai pemilik dunia dan akhirah. Wahai pemilik barzakh, wahai pemilik alam zhahir dan alam bathin, wahai pemilik setiap sanubari, wahai yang maha membolak-balikkan sanubari dengan kehendaknya, maka terangi jiwa kami dengan cahaya namaMu yang Maha Indah, terangi hari-hari kami dengan keindahan anugerahmu , terangi siang dan malam kami dengan cahaya pengampunanMu
اَللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا خَيْرَ مَا عِنْدَكَ بِشَرِّ مَا عِنْدَنَا فَضْلاً وَإِحْسَانًا
Ya Allah jangan Engkau halangi kami dari anugerah yang akan Kau beri karena dosa-dosa kami, jangan sampi terhalang anugerah itu wahai Allah, terus sampaikan pada kami walaupun kami banyak berbuat dosa, tambahi pula anugerah kepada kami untuk ingin bertaubat, untuk ingin beristighfar untuk ingin membenahi diri, untuk ingin meninggalkan dosa. Ya Rabbi kami berdoa kepadaMu agar Kau amankan kami , amankan rumah tangga kami, amankan keluarga kami, amankan wilayah kami , tenangkan bumi Jakarta dari bahaya gempa dan jauhkan bumi Jakarta dari bahaya banjir dan bencana alam dan juga seluruh wilayah di negeri Indonesia ini, tenangkan bumi dari gempa tenangkan gunung daripada apinya, tenangkan hujan daripada membawa banjir dan musibah dan bencana alam lainnya gantikan Rabbi dengan guncangan jiwa yang menginginkan keluhuran jiwa yang terguncang dengan khusyu’ jiwa yang bergetar memanggil namaMu, Ya Rahman Ya Rahim..tenangkan alam semesta gemuruhkan jiwa dengan khusyu’ dan hidayah.. فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا...
Katakanlah bersama-sama… يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ...يَا اللهُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ...لَاإِلهَ إِلَّا الله... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ اْلأَمِنِيْنَ.
0 komentar:
Post a Comment